Thursday, April 27, 2017

Ini Negara dengan Durasi Puasa Paling Lama di Dunia

Ini Negara dengan Durasi Puasa Paling Lama di Dunia
Kita yang berada di negara Indonesia termasuk negara yang mempunyai durasi puasa yang tidak terlalu cepat. Namun juga tidak terlalu lama.

Indonesia yang berada di garis khatulistiwa pastilah berbeda dengan durasi puasa di negara-negara Eropa seperti Inggris, Finlandia, dan beberapa negara di belahan bumi lainnya.

Perbedaan durasi puasa ini dipengaruhi oleh letak geografis negara tersebut.

Beberapa tahun belakangan ini, beberapa negara di belahan bumi utara akan melaksanakan puasa bertepatan dengan musim panas. Dan umumnya musim panas di beberapa negara ini membuat matahari lebih lama bersinar dibanding negara yang berada di sekitar garis khatulistiwa seperti Indonesia.

Nah, keadaan geografis inilah menjadikan beberapa negara mengalami durasi puasa paling lama, dan ada juga negara dengan durasi puasa paling cepat.

Negara dengan durasi puasa paling lama adalah Rusia dan Islandia

Rusia


Menempati urutan pertama sebagai negara dengan durasi puasa terlama adalah Rusia yaitu sekitar 22 jam. Letak negara ini yang berada di bagian utara bumi membuat mereka yang muslim harus sahur pada sekitar pukul 03:15 dan berbuka sekitar pukul 21:30.


Islandia


Hampir sama dengan Rusia, negara yang bertetangga dengan Inggris ini juga punya durasi puasa yang sangat lama yaitu 22 jam. Para muslim di Islandia harus menyelesaikan makan sahur pada pukul 2 pagi dan berbuka sekitar pukul 00 tengah malam. Islandia adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terkecil di dunia yaitu hanya sekitar 770 orang.

Kemudian diikuti negara berikut ini.
1. Skandinavia

Berada di urutan selanjutnya adalah Skandinavia. Kelompok negara Skandinavia yang terdiri dari Finlandia, Swedia, dan Norwegia ini harus menjalani puasa selama kurang lebih 21 jam. Namum kelompok muslim di tiga negara ini memiliki toleransi untuk tetap mengikuti durasi puasa Arab Saudi atau Turki.
2. Swedia


Populasi Muslim di Swedia saat ini sekitar 500.000 orang. Itu berarti agama Islam dipeluk oleh 5% dari seluruh total populasi negara ini. Para Muslim Norwegia menjalani puasa sekitar 20 jam, jika bertepatan dengan musim panas. Melihat jumlah Muslim dan lamanya waktu berpuasa, tak heran jika Muslim Norwegia adalah yang paling hebat di dunia. Mereka bisa tetap menjalankan puasa dengan waktu yang begitu lama, di musim panas pula. Tangguh bukan.

3. Inggris

Menempati urutan ke lima adalah negara Inggris. Negeri-nya Ratu Elisabeth ini punya durasi puasa sekitar 17 jam. Keadaan ini membuat komunitas Muslim di Inggris selalu memberikan peringatan pada warganya yang mengidap diabetes dan atau mereka yang berusia lanjut setiap kali bulan Puasa tiba. Mengingat sekitar 300.000 lebih Muslim di Inggris mengidap diabetes dan waktu puasa yang terlampau lama dapat membahayakan kesehatan mereka.

4. Kanada

Negeri yang beribukota di Ottawa ini, punya durasi berpuasa sekitar lebih dari 17 jam. Komunitas Muslim di Kanada hampir sebagian besar berada di kota Toronto. Dan hampir satu juta penduduk Ottawa adalah penganut agama Islam.

5. Turki

Berada di urutan terakhir sebagai negara dengan durasi Puasa terlama di dunia adalah Turki. Hampir sama dengan Inggris dan Kanada, negeri yang punya sejarah panjang tentang Islam ini punya durasi puasa setidaknya 17 jam. Meski cukup lama dalam berpuasa, namun kebiasaan ketika bulan Ramadhan tiba hampir sama dengan Indonesia. Sepi di siang hari, dan ramai di sore menjelang puasa hingga malam hari.

Kemudian negara dengan durasi puasa tercepat yang pertama adalah Chili



Jika tujuh deretan negara di atas punya waktu puasa yang begitu lama, maka tidak begitu halnya dengan Chili. Negara ini berada di urutan pertama sebagai negara dengan durasi puasa yang singkat yaitu hanya sekitar 9 jam. Muslim di Chili menuntaskan makan sahurnya sekitar pukul 5 dan mulai berbuka sekitar pukul 3 sore.
Selanjutnya adalah Argentina

Puasa di negara ini hanya dijalankan selama kurang lebih 9 jam 30 menit atau sepertiga hari saja. Muslim di Argentina bisa dibilang minoritas karena jumlahnya tak begitu banyak.
Kemudian Australia
Negara dengan durasi puasa tercepat ketoga adalah Australia. Negeri Kanguru ini menjalankan puasa hanya sekitar 11 jam. Itu berari Muslim di Australia menjalankan puasa nyaris hanya setangah hari saja.

Itulah deretan negara dengan waktu puasa paling lama dan paling singkat di dunia. Semoga dengan informasi ini, kita dapat lebih bersyukur karena durasi puasa kita hanya sekitar 14 jam. So, jangan bermalas-malasan saat puasa nanti ya, Sobat Muslim.


Baca juga : 






Termasuk Waktu Suci, Lantas Bolehkah Menikah di Bulan Ramadhan?

Termasuk Waktu Suci, Lantas Bolehkah Menikah di Bulan Ramadhan?
Fenomena yang terjadi di masyarakat Indonesia dimana enggan melaksanakan nikah di bulan Ramadhan. Namun benarkah ada ketentuan dalam Islam yang melarang menikahi atau membicarakan tentang pernikahan di bulan Ramadan?


Ramadhan adalah bulan penuh kemulian dan keberkahan. Di bulan ramadhan itu jugalah setiap amalan manusia Allah balas dengan pahala yang berlipat ganda. Pada saat ramadhan juga terjadi suatu malam yang kadar kemuliaannya lebih baik dibandingkan seribu bulan, itulah Lailatul Qadr.

Pada saat bulan Ramadhan juga manusia dituntut untuk belajar dalam menjaga dirinya dari hawa nafsu yang membelenggunya. Termasuk di dalamnya hubungan suami istri yang dilarang saat ia sedang berpuasa ramadhan.

Lalu bagaimana jika seorang Muslim menikah di Bulan Ramadhan? Bolehkah?


Menikah sendiri adalah ibadah yang Allah perintahkan dan Rasulullah contohkan. Dengan menikah jugalah seorang Muslim dapat menggenapkan separuh agamanya.


Dalam Islam sendiri tidak mengenal istilah tanggal baik ataupun tanggal buruk dalam menentukan sebuah acara. Karena perihal muamalah, selama hal yang akan dilakukan merupakan sebuah kebaikan dan bermanfaat maka boleh dilakukan. Termasuk masalah penentuan tanggal pernikahan atau hajatan lainnya, karena dalam agama Islam seluruh hari adalah baik. Dan termasuk di bulan Ramadhan, tak ada yang melarang melangsungkan menikah.

Dalam masalah muamalah, kaidah yang berlaku adalah semua dibolehkan, selama itu bermanfaat dan tidak ada larangan dalam syariat. Termasuk diantaranya penentuan tanggal pernikahan atau tanggal hajatan lainnya. Kami tidak menjumpai adanya satupun dalil yang melarang pernikahan di bulan Ramadhan.

Dan inilah yang menjadi landasan Fatwa Lajnah Daimah ketika ditanya mengenai hukum menikah di bulan Ramadhan. Jawaban Lajnah,
لا يكره الزواج في شهر رمضان؛ لعدم ورود ما يدل على ذلك

Tidak dimakruhkan menikah di bulan Ramadhan, karena tidak adanya dalil yang menunjukkan hal itu.
 Fatwa Lajnah Daimah, no. 8901.


Hanya saja, ada dua catatan yang perlu diperhatikan bagi mereka yang menikah di bulan Ramadhan,
  • Pertama, tidak boleh diyakini bahwa menikah di bulan Ramadhan memiliki nilai keutamaan khusus dibandingkan bulan lainnya, kecuali jika di sana ada dalil yang menyebutkan keutamaan khusus menikah di bulan Ramadhan.
  • Kedua, pasangan suami istri yang menikah di bulan Ramadhan harus bisa memastikan bahwa mereka tidak akan membatalkan puasa melalui jalur syahwat, dalam bentuk hubungan badan atau mengeluarkan mani dengan melakukan mukadimah jima’. Karena mengeluarkan mani dengan sengaja, termasuk pembatal puasa.


Jadi, saat seseorang telah menentukan tanggal menikah di bulan Ramadhan, segeralah lakukan, Karena hal tersebut tak dilarang oleh Islam. Hanya saja, sebagai seorang Muslim hendaknya menjaga kaidah ‘menahan hawa nafsu’ di bulan Ramadhan agar tidak membatalkan puasa Ramadhan.


Baca juga : 






Kisah Nyata, Keajaiban Datang dari Kekuatan DO'A Seorang ISTRI

Kisah Nyata, Keajaiban Datang dari Kekuatan DO'A Seorang ISTRI
Di Madinah ada seorang wanita cantik shalihah lagi bertakwa. Bila malam mulai merayap menuju tengahnya, ia senantiasa bangkit dari tidurnya untuk shalat malam dan bermunajat kepada Allah. Tidak peduli waktu itu musim panas ataupun musim dingin, karena disitulah letak kebahagiaan dan ketentramannya. Yakni pada saat dia khusyu’ berdoa, merendah diri kepada sang Pencipta, dan berpasrah akan hidup dan matinya hanya kepada-Nya.


Dia juga amat rajin berpuasa, meski sedang bepergian. Wajahnya yang cantik makin bersinar oleh cahaya iman dan ketulusan hatinya. Suatu hari datanglah seorang lelaki untuk meminangnya, konon ia termasuk lelaki yang taat dalam beribadah. Setelah shalat istiharah akhirnya ia menerima pinangan tersebut. Sebagaimana adat kebiasaan setempat, upacara pernikahan dimulai pukul dua belas malam hingga adzan subuh.

Namun wanita itu justru meminta selesai akad nikah jam dua belas tepat, ia harus berada dirumah suaminya. Hanya ibunya yang mengetahui rahasia itu. Semua orang ta’jub. Pihak keluarganya sendiri berusaha membujuk wanita itu agar merubah pendiriannya, namun wanita itu tetap pada keinginannya, bahkan ia bersikeras akan membatalkan pernikahan tersebut jika persyaratannya ditolak. Akhirnya walau dengan bersungut pihak keluarga pria menyetujui permintaan sang gadis.

Waktu terus berlalu, tibalah saat yang dinantikan oleh kedua mempelai. Saat yang penuh arti dan mendebarkan bagi siapapun yang akan memulai hidup baru. Saat itu pukul sembilan malam.
Pernikahanpun berlangsung
Do'a "Barakallahu laka wa baaraka alaika wa jama’a bainakuma fii khairin" mengalir dari para undangan buat sepasang pengantin baru. Pengantin wanita terlihat begitu cantik. Saat sang suami menemui terpancarlah cahaya dan sinar wudhu dari wajahnya.

Duhai wanita yang lebih cantik dari rembulan, sungguh beruntung wahai engkau lelaki, mendapatkan seorang istri yang demikian suci, beriman dan shalihah.

Jam mulai mendekati angka dua belas, sesuai perjanjian saat sang suami akan membawa istri kerumahnya. Sang suami memegang tangan istrinya sambil berkendara, diiringi ragam perasaan yang bercampur baur menuju rumah baru harapan mereka. Terutama harapan sang istri untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan keikhlasan dan ketakwaan kepada Allah.
Betapa terkejut sang istri akan apa yang ada dihadapan 2 bola matanya
Setibanya disana, sang istri meminta ijin suaminya untuk memasuki kamar mereka. Kamar yang ia rindukan untuk membangun mimpi-mimpinya. Dimana dikamar itu ibadah akan ditegakkan dan menjadi tempat dimana ia dan suaminya melaksanakan shalat dan ibadah secara bersama-sama. Pandangannya menyisir seluruh ruangan. Tersenyum diiringi pandangan sang suami mengawasi dirinya.

Senyumnya seketika memudar, hatinya begitu tercekat, bola matanya yang bening tertumbuk pada sebatang mandolin yang tergeletak disudut kamar. Wanita itu nyaris tak percaya. Ini nyatakah atau hanya fatamorgana? Ya Allah, itu nyanyian? Oh bukan, itu adalah alat musik.

Pikirannya tiba-tiba menjadi kacau. Bagaimanakah sesungguhnya kebenaran ucapan orang tentang lelaki yang kini telah menjadi suaminya. Oh…segala angan-angannya menjadi hampa, sungguh ia amat terluka. Hampir saja air matanya tumpah. Ia berulang kali mengucap istighfar, Alhamdulillah ‘ala kulli halin. “Ya bagaimanapun yang dihadapi Alhamdulillah. Hanya Allah yang Maha Mengetahui segala keghaiban.”

Ia menatap suaminya dengan wajah merah karena rasa malu dan sedih, serta setumpuk rasa kekhawatiran menyelubung. “Ya Allah, aku harus kuat dan tabah, sikap baik kepada suami adalah jalan hidupku.” Kata wanita itu lirih di lubuk hatinya. Wanita itu berharap, Allah akan memberikan hidayah kepada suaminya melalui tangannya.

Mereka mulai terlibat perbincangan, meski masih dibaluti rasa enggan, malu bercampur bahagia. Waktu terus berlalu hingga malam hampir habis. Sang suami bak tersihir oleh pesona kecantikan sang istri. Ia bergumam dalam hati, “Saat ia sudah berganti pakaian, sungguh kecantikannya semakin berkilau. Tak pernah kubayangkan ada wanita secantik ini didunia ini.” Saat tiba sepertiga malam terakhir, Allah ta’ala mengirimkan rasa kantuk pada suaminya.

Dia tak mampu lagi bertahan, akhirnya ia pun tertidur lelap. Hembusan nafasnya begitu teratur. Sang istri segera menyelimutinya dengan selimut tebal, lalu mengecup keningnya dengan lembut. Setelah itu ia segera terdorong rasa rindu kepada mushallanya dan bergegas menuju tempat ibadahnya dengan hati melayang.
MasyaAllah, begitu khusuk dan istiqomahnya sang istri
Sang suami menuturkan,

“Entah kenapa aku begitu mengantuk, padahal sebelumnya aku betul-betul ingin begadang. Belum pernah aku tertidur sepulas ini. Sampai akhirnya aku mendapati istriku tidak lagi disampingku. Aku bangkit dengan mata masih mengantuk untuk mencari istriku. Mungkin ia malu sehingga memilih tidur dikamar lain. Aku segera membuka pintu kamar sebelah. Gelap, sepi tak ada suara sama sekali. Aku berjalan perlahan khawatir membangunkannya. Kulihat wajah bersinar ditengah kegelapan, keindahan yang ajaib dan menggetarkan jiwaku. Bukan keindahan fisik, karena ia tengah berada diperaduan ibadahnya.

Ya Allah, sungguh ia tidak meninggalkan shalat malamnya termasuk dimalam pengantin. Kupertajam penglihatanku. Ia rukuk, sujud dan membaca ayat-ayat panjang. Ia rukuk dan sujud lama sekali. Ia berdiri dihadapan Rabbnya dengan kedua tangan terangkat. Sungguh pemandangan terindah yang pernah kusaksikan. Ia amat cantik dalam kekhusyu’annya, lebih cantik dari saat memakai pakaian pengantin dan pakaian tidurnya. Sungguh kini aku betul-betul mencintainya, dengan seluruh jiwa ragaku”

Seusai shalat ia memandang kearah suaminya. Tangannya dengan lembut memegang tangan suaminya dan membelai rambutnya.

Masya Allah, Subhanallah, sungguh luar biasa wanita ini. Kecintaannya pada sang suami, tak menghilangkan kecintaannya kepada kekasih pertamanya, yakni ibadah. Ya, ibadah kepada Allah, Rabb yang menjadi kekasihnya. Hingga bulan kedepan wanita itu terus melakukan kebiasaannya, sementara sang suami menghabiskan malam-malamnya dengan begadang, memainkan alat-alat musik yang tak ubahnya begadang dan bersenang-senang. Ia membuka pintu dengan perlahan dan mendengar bacaan Al-Qur’an yang demikian syahdu menggugah hati.

Dengan perlahan dan hati-hati ia memasuki kamar sebelah. Gelap dan sunyi, ia pertajam penglihatannya dan melihat istrinya tengah berdo'a. Ia mendekatinya dengan lembut tapi cepat. Angin sepoi-sepoi membelai wajah sang istri. Ya Allah, perasaan laki-laki itu bagai terguyur. Apalagi saat mendengar istrinya berdo'a sambil menangis. Curahan air matanya bagaikan butiran mutiara yang menghiasi wajah cantiknya.
Sang suami mulai sadar, hingga....
Tubuh lelaki itu bergetar hebat, kemana selama ini ia pergi, meninggalkan istri yang penuh cinta kasih? Sungguh jauh berbeda dengan istrinya, antara jiwa yang bergelimang dosa dengan jiwa gemerlap ditaman kenikmatan, dihadapan Rabbnya.

Lelaki itu menangis, air matanya tak mampu tertahan. Sesaat kemudian adzan subuh. Lelaki itu memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini, ia lantas menunaikan shalat subuh dengan kehusyuan yang belum pernah dilakukan seumur hidupnya.

Inilah
 buah dari do'a wanita shalihah yang selalu memohonkan kebaikan untuk sang suami, sang pendamping hidup.

Beberapa tahun kemudian, segala wujud pertobatan lelaki itu mengalir dalam bentuk ceramah, khutbah, dan nasihat yang tersampaikan oleh lisannya. Ya lelaki itu kini telah menjadi da’i besar dikota Madinah.


Memang benar, wanita shalihah adalah harta karun yang amat berharga dan termahal bagi seorang lelaki bertakwa. Bagi seorang suami, istri shalihah merupakan permata hidupnya yang tak ternilai dan “bukan permata biasa”. (Ummu Asyrof dari kumpulan kisah nyata, Abdur Razak bin Al Mubarak)


Baca juga : 








Wednesday, April 26, 2017

Selain Surga Yang Sudah Menunggunya, Inilah Beberapa Keistimewaan Menjadi Ibu

Selain Surga Yang Sudah Menunggunya, Inilah Beberapa Keistimewaan Menjadi Ibu
Sahabat, menjadi ibu benar-benar istimewa. Ada banyak hal berharga yang membuat kita belajar dan terus belajar. Hal-hal yang tak mungkin dipelajari tanpa menjadi ibu. Mungkin para Bunda juga mengalami hal yang sama seperti apa yang saya alami dan rasakan.

1.Menjadi ibu mengajari saya betapa Maha Besar Tuhan. 

Dari seorang ibu lahir seorang anak manusia. 9 bulan berada di dalam kandungan dan lahir menatap dunia melalui proses yang maha dahsyat. Jika bukan keagungan dan kemahabesaran Tuhan, rasanya mustahil hal itu terjadi.

Melalui seorang ibu juga, bayi kecil menyambung kehidupannya. ASI yang telah Allah desain sedemikian rupa, mampu menopang 100% segala kebutuhan si kecil di 6 bulan pertama kehidupannya pasca kelahiran.
2. Menjadi ibu mengajari saya tentang bagaimana bersikap sabar. 

Di masa-masa proses pemulihan luka pasca melahirkan, dalam waktu yang bersamaan ibu dituntut untuk mengasuh dan merawat si kecil. Tugas yang paling utama adalah menyusui bayi mungil setidaknya setiap 2 jam sekali saban hari.

Tak peduli apakah siang yang terik atau tengah malam saat mata enggan terpejam, ibu harus terjaga untuk menyusui, mengganti popok ketika si kecil pipis atau meninabobokan saat si kecil menangis mengalami kolik.

Di saat bersamaan pula, seorang ibu masih harus mengerjakan beberapa pekerjaan rumah tangga seperti mencuci, memasak dan bersih-bersih rumah. Belum lagi bagi ibu yang menjadi wanita karir, dua bulan setelah masa cuti habis harus pula kembali bekerja.

Di daerah tempat saya tinggal, mayoritas mata pencaharian penduduk adalah bertani, tak terkecuali para ibu. Meski telah memiliki anak, mereka tak lantas menghentikan aktivitas meladang dan menggarap sawah. Di sela-sela kesibukan mereka mengurus anak dan rumah tangga, mereka masih juga bekerja di ladang dan sawah.

Subhanallah, semua itu benar-benar mengajarkan seorang ibu untuk bersikap sabar. Ibu bukan hanya wonder women namun juga super women.

3. Menjadi ibu mengajarkan saya tentang arti cinta, rela dan pengorbanan. 


Pagi buta, saat tubuh masih hangat dalam balutan selimut, seorang ibu dengan rela hati bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan, agar saat suami berangkat bekerja sarapan sudah siap dihidangkan.

Seorang ibu juga dengan rela hati menahan lapar, mendahulukan untuk menyuapi si kecil. Jika ada makanan yang itu menjadi kesukaan suami atau anak, seorang ibu juga akan lebih memilih untuk mengalah dan memberikannya pada anak atau suami.

4. Menjadi ibu mengajarkan saya hemat dan kreatif. 


Setelah menjadi ibu, kita akan pandai membelanjakan uang yang ada di tangan. Secara otomatis ibu akan memilah dan memilih mana yang kebutuhan dan mana yang sebatas keinginan.

Berbagai benda yang ada di sekitar bisa menjadi produk yang bermanfaat setelah disentuh oleh tangan kreatif seorang ibu.

Subhanallah... sekali lagi menjadi ibu mengajarkan manusia tentang betapa berartinya kehidupan yang telah Allah anugerahkan kepada kita.


Baca juga : 

Sabda Rasulullah : 3 Ciri Istri Yang Membawa Berkah Nomor 1 yang Paling di Dambakan

Jangan Cuma Langgeng dan Samawa, Ini Lho Ucapan Selamat Pengantin dalam Islam!





Sabda Rasulullah : 3 Ciri Istri Yang Membawa Berkah Nomor 1 yang Paling di Dambakan

Sabda Rasulullah : 3 Ciri Istri Yang Membawa Berkah Nomor 1 yang Paling di Dambakan
Bagi Anda yang akan menikah, hendaknya memperhatikan 3 kriteria ini. Ialah 3 sifat yang jika ada di dalam diri seorang wanita, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkannya sebagai istri yang membawa keberkahan. Riwayat ini berasal dari Ummul Mukminin ‘Aisyah binti Abu Bakar dan diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal.

1. GAMPANG DILAMAR

Gampang bukan bermakna gampangan. Mudah jauh dari makna murahan. Mudah atau gampang dilamar artinya tidak memberatkan seorang laki-laki shalih yang datang melamar untuk menjaga dirinya dari syahwat yang menjerumuskan dalam binasa.

Mudah dilamar, garis batasnya adalah apa yang terdapat  di dalam syariat. Alhasil, seorang wanita tidak akan menolak lamaran hanya karena laki-laki yang bertandang bukan berasal dari orang yang kaya secara materi, selama dia Muslim dan shalih.


2. MURAH MAHARNYA
Murah bukan bermakna murahan. Wanita yang memudahkan maharnya merupakan ciri keberkahan, sebab banyaknya mahar tidak berkorelasi dengan bahagia dan berkah setelah menikah. Dengan demikian, setelah melihat dengan cermat, musyawarah dan melakukan istikharah, wanita ini akan segera menerima lamaran sang laki-laki, pun jika dia hanya datang dengan sebuah cincin dari besi.

Terkait murahnya mahar ini, Anda sebagai laki-laki tidak boleh memudahkan atau meremehkan. Jika memang mampu dan ingin memuliakan calon istri, tak ada salahnya memberi mahar dalam jumlah yang banyak.

Yang terpenting, jangan sampai mahar yang Anda berikan membuat laki-laki lain merasa berat, sebab gengsi, iri, dan lain sebagainya. Alangkah sedihnya jika pernikahan yang Anda jalani justru membuat orang lain ciut nyali untuk melangkah hanya karena mahalnya mahar.

3. SUBUR PERANAKANNYA

Salah satu hikmah pernikahan adalah untuk kelangsungan generasi yang meninggikan kalimat Allah Ta’ala di muka bumi ini. Karena itu pula, sebagaimana disebutkan dalam hadits lain, kelak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam akan berbangga di hadapan Nabi lain lantaran banyaknya jumlah umat beliau.


Maka soal kesuburan ini menjadi sangat penting. Apalagi, fitnah akhir zaman membuat banyak sekali wanita Muslimah yang enggan memiliki banyak anak karena alasan repot, masalah nafkah, dan lain sebagainya. Padahal, masing-masing anak membawa rezekinya sendiri, dan mustahil mengurangi jatah rezeki untuk orang tuanya sedikit pun.dikutip dari killawakilta.info

Wallahu a’lam. 


Baca juga : 











Jangan Cuma Langgeng dan Samawa, Ini Lho Ucapan Selamat Pengantin dalam Islam!

Jangan Cuma Langgeng dan Samawa, Ini Lho Ucapan Selamat Pengantin dalam Islam!
Sudah mendapat undangan dari teman atau kerabat? Atau malah sedang mempersiapakan undangan dan perlengkapan pernikahan lainnya? Sebelum itu, pernahkah menghadiri pesta pernikahan, dan hal apa yang biasanya dikatakan untuk kedua mempelai? Pastinya doa baik. Namun, lebih dari itu ternyata ada ucapan yang disunnahkan oleh Rasulullah untuk memberi selamat kepada pengantin.

Sudah menjadi kebiasaan atau tradisi di lingkungan masyarakat bahwasanya ketika tengah berlangsung pernikahan, maka orang-orang yang datang menghadiri pernikahan tersebut mengucapkan selamat (tahniah) kepada kedua mempelai. Hal ini tentu menjadi sesuatu yang terbilang cukup baik. Tapi, bagaimana syariat Islam memandang tentang masalah ini?

Salah satu kebiasaan orang Arab pra kedatangan Islam, ketika mengucapkan tahniah kepada pengantin baru, “bilwafa wal banin” (semoga kedua mempelai selalu kompak dan melahirkan anak laki-laki), kita ketahui Arab Jahiliyah lebih mengutamakan anak laki daripada anak perempuan.

Namun demikian, Rasulullah SAW telah menunjukkan kepada kita sesuatu yang lebih baik dan afdhal.

Dari Abu Hurairah RA, sesungguhnya Rasulullah SAW apabila memberi ucapan selamat kepada pengantin baru beliau berkata, “Semoga keberkahan Allah senantiasa menyertaimu dan mengumpulkanmu dalam kebaikan selalu,” (HR. Ahmad dan empat pemilik sunan).

Dan dalam riwayat lain, “Dari Aqil bin Abi Thalib RA, bahwa dia telah menikahi seorang wanita dari Bani Jasyum, maka mereka mengucapkan,


با لر فا ء و ا لبنلىن

Dia berkata, ‘Jangan berkata begitu, tetapi ucapkanlah sebagaimana Rasulullah SAW mengucapkan,

ا للهم با ر ك لهم و با ر ك عللىهم

(HR. Ibnu Majah).

Bisa dijadikan sebuah kesimpulan, ketika mendatangi teman atau kerabat yang tengah melangsungkan sebuah pernikahan, maka selain mengucapkan kata "langgeng ya", atau semoga sakinah, mawaddah, warrahmah, bisa pula ditambahkan dengan doa semoga mendapatkan keberkahan dari Allah SWT yakni selalu menyertai dan menjadikannya dalam sebuah kebaikan yang hakiki dan terkumpul sampai nanti hingga anak cucu.


Baca juga : 








Tuesday, April 25, 2017

Mengonsumsi Produk Berlabel Halal Saja tidak Cukup, Terus?

Mengonsumsi Produk Berlabel Halal Saja tidak Cukup, Terus?
Sangat Penting bagi kaum Muslimin untuk memilih makanan halal yang akan dikonsumsi. Sebab, makanan yang dikonsumsi akan menjadi darah dan daging yang sangat berpengaruh pada kepribadian dan keberkahan hidup. 


Makanan berlabel halal memang banyak ditemukan di tanah air. Tapi, tidak cukup dengan halal saja. Makanan yang akan dikonsumsi juga harus baik bagi tubuh "Halalan Thoyyiban". Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala di dalam Al Qur’an


“dan makanlah makanan yang halal lagi baik (thayyib) dari apa yang telah dirizkikan kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah dan kamu beriman kepada-Nya” (QS. Al Maidah : 88)  

Perintah ini juga ditegaskan dalam ayat yang lain,

“Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan; karena sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu” (QS. Al Baqarah : 168)

Halal yang harus diperhatikan pun bukan sekedar halal makanannya, akan tetapi penting diperhatikan sumber yang didapat untuk memperoleh makanan tersebut, apakah dengan cara yang baik (halal) atau dengan cara yang bathil (haram).

Jika sumbernya haram seperti korupsi, mencuri, merampok,  maka makanan yang dimakan pun meski sebetulnya halal, tetap haram. Hal itu akan membuat si pemakannya disiksa di api neraka. Rasulullah Shalallohu 'Alaihi Wasallam berkata,

"Tiap tubuh yang tumbuh dari (makanan) yang haram maka api neraka lebih utama membakarnya," (HR. Ath-Thabrani)

Tak berhenti sampai di situ, upaya dalam memastikan kehalalan suatu produk perlu juga diperhatikan antara lain alat yang digunakan, serta cara pengolahannya, harus dipastikan tidak memiliki unsur-unsur atau zat yang dapat membuat makanan yang tadinya halal menjadi haram. Sebagai contoh, roti yang berasal dari tepung terigu, telur dan sebagainya yang asalnya halal, akan tetapi diolah dengan menambahkan minyak babi atau zat haram lainnya, sudah barang tentu roti olahan tersebut haram hukumnya.

Di Negara kita, Majelis Ulama Indonesia (MUI) memiliki wewenang menentukan halal tidaknya makanan yang diproduksi oleh pabrik maupun home Industry. Pasalnya, sebelum menentukan kehalalan suatu produk, MUI terlebih dahulu memeriksa mulai dari komposisi makanan, cara pembuatan serta alat-alat yang digunakan. Setelah dilakukan uji kelayakan dan dipastikan kehalalannya dari hulu ke hilir inilah produk-produk tersebut baru benar-benar bisa dinyatakan halal. Setelah itu barulah produsen berhak mendapatkan sertifikat dari MUI serta wajib dicantumkan label halal berlogo MUI sebagai pembuktian bahwa produk tersebut halal.

Dewasa ini banyak ditemukan produk-produk makanan, obat-obatan juga kosmetik yang memiliki label halal dengan "tulisan Arab" saja. Klaim halal semacam itu belum dapat dijadikan patokan bahwa produk tersebut benar-benar halal. Sebab halalnya suatu produk mestinya memiliki sertifikat dari MUI, karena 'halal' saja belum tentu terjamin kehalalannya.

Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tangsel, Abdul Razaq, mengimbau masyarakat agar teliti ketika hendak membeli. Bagi yang ragu-ragu apakah makanan yang dikonsumsi tersebut berlabel halal atau tidak, lebih baik ditinggalkan saja seperti dikutip. Dikutip dari ROL, MUI juga menyarankan agar terus berhati-hati atas produk makan yang tidak berlabel halal MUI. Karena kehalalan makanan akan menentukan pribadi dan kehidupan kita.


Baca juga :